Setelah Libya, Target AS Selanjutnya Adalah: Papua
Setelah Mesir, Libya, Kini Suriah, Target AS Selanjutnya Adalah: Papua!
Lemahnya Indonesia yang “kaya” akan kekayaan alamnya menjadi “mandul” tak bisa apa-apa, ini semua dimulai dan diawali pada zaman Orde Baru atau New Order atau New world Order!
Dimana semua kekayaan alam Indonesia dikuras habis akibat
perjanjian-perjanjian yang “timpang” pada zaman Indonesia untuk pertama
kalinya menganut sistim kapitalis pada masa itu.
Maka untuk kedepannya siapapun
Presidennya, masih tetap terpatri oleh perjanjian-perjanjian masa lalu
tersebut. Hingga detik inipun, masih banyak manusia-manusia Indonesia
yang perlu “ditampar” karena masih “tidur” dan takkan pernah menyadari
akan hal ini. (penulis)
Kasus di Libya dan Syiria hampir sama
dengan kasus Timor Timur, dengan alasan HAM, Demokrasi dan PBB akhirnya
Timor Timur Lepas dari Indonesia. Dibawah tekanan Australia, Amerika dan
PBB atas nama HAM dan Demokrasi, akhirnya pemerintah BJ Habibie saat
itu tidak sanggup lagi menghadapi tekanan politik yang bertubi-tubi dari
para penjajah Kapitalis yang mengincar minyak di celah Timor.
Begitu juga dengan Libya dan sejumlah
negara di dunia khususnya di Timur Tengah, dengan alasan HAM, AS dan
sekutunya menyerang pemerintahan Khadafi padahal ujung2nya ingin
menguasai minyak di Libya.
Menurut pengamat militer ibu Connie Rahakundini Bakrie, skenario AS menyerang Libya dan Timur Tengah sudah dirancang dari awal.
Karena semua negara tersebut terdapat
sumber minyak bumi yang besar. Bahkan Ibu Connie menambahi kalau sasaran
AS selanjutnya adalah Papua!!
Pernyataan ibu Connie pada siaran tvOne
Sabtu 26/3 2011 bukannya tanpa dasar. Kabar Papua menjadi target AS
berikutnya sudah beredar di kalangan intelejen.
Sebuah sumber di lingkungan Departemen
Luar Negeri mengungkap adanya usaha intensif dari beberapa anggota
kongres dari Partai Demokrat Amerika kepada Organisasi Papua Merdeka
(OPM) untuk membantu proses ke arah kemerdekaan Papua secara bertahap.
Karena dengan tampilnya Presiden Barack
Obama di tahta kepresidenan Gedung Putih, praktis politik luar negeri
Amerika amat diwarnai oleh haluan Partai Demokrat yang memang sangat
mengedepankan soal hak-hak asasi manusia.
Karena
itu tidak heran jika Obama dan beberapa politisi Demokrat yang punya
agenda memerdekakan Papua lepas dari Indonesia, sepertinya memang akan
diberi angin.
Beberapa fakta lapangan mendukung informasi ini, sumber kami di Departemen Luar Negeri tersebut.
Betapa tidak, dalam dua bulan terakhir ini, US House of Representatives, telah mengagendakan agar DPR Amerika tersebut mengeluarkan rancangan Foreign Relation Authorization Act (FRAA) yang secara spesifik memuat referensi khusus mengenai Papua.
Kalau RUU ini lolos, berarti ada beberapa
elemen strategis di Washington yang memang berencana mendukung sebuah
opsi untuk memerdekakan Papua secara bertahap.
Dan ini berarti, sarana dan perangkat
yang akan dimainkan Amerika dalam menggolkan opsi ini adalah, melalui
operasi intelijen yang bersifat tertutup dan memanfaatkan jaringan bawah
tanah yang sudah dibina CIA maupun intelijen Departemen Luar Negeri
Amerika.
Karena itu, Departemen Luar Negeri RI
haruslah siap dari sekarang untuk mengantisipasi skenario baru Amerika
dalam menciptakan aksi destabilisasi di Papua.
Berarti, Departemen Luar Negeri harus
mulai menyadari bahwa Amerika tidak akan lagi sekadar menyerukan
berbagai elemen di TNI maupun kepolisian untuk menghentikan adanya
pelanggaran-pelanggaran HAM oleh aparat keamanan.
Campur tangan Amerika dengan skenarionya
berusaha agar Papua lepas dari NKRI. Amerika tentu punya alasan agar
Papua lepas dari Indonesia, Papua adalah mutiara hitam dari timur,
sebuah tanah yang kaya raya, dengan kekayaan alam yang luar biasa
banyaknya serta kandungan emas di bukit Freeport yang melimpah membuat
para Kapitalis penajajah serakah ngiler dibuatnya.
Padahal kalau kita tahu pembagian royalty Freeport Indonesia hanya mendapat 1%, sedangkan asing mendapat 99%. sungguh lucu yah..
“Masa tukang cangkul hasilnya jauh lebih
banyak dari yang punya tanah. Ini semua karena zaman Orde Baru, New
Order, New world Order!
Dimana pada saat itu semua kekayaan alam
Indonesia mulai dikuras habis akibat perjanjian-perjanjian yang
“timpang” pada zaman Indonesia menganut sistim kapitalis pada masa awal
itu.”
Semua ini akibat perjanjian-perjanjian
pertambangan pada masa lalu. Perjanjian pertambangan juga tak mungkin
hanya berlaku untuk beberapa tahun mendatang, namun bisa berlaku selama
puluhan tahun atau bahkan selama seabad kedepan!
Lalu, siapakah yang membuat semua
perjanjian itu? Jelas Presiden Indonesia. Siapakah presiden Indonesia
pada masa lalu tersebut?? Andalah yang tahu, karena anda juga
mempelajari sejarah presiden-presiden bangsa ini bukan???
Alasan utama yang menjadi isu pemisahan
Papua dari NKRI adalah kemiskinan, pemerintah Indonesia yang tidak mampu
mengentaskan kemiskinan di Papua menyebabkan isu-isu sparatis
berkembang.
Kemiskinan Papua adalah salah satu akibat
dari sistem Kapitalisme yang diterapakan di Indonesia, emas Papua yang
seharusnya mampu memakmurkan rakyat Papua justru dirampok oleh Freeport
dan perusahaan asing milik Kapitalis Penjajah.
Anehnya, padahal penduduk Papua hanya
sekitar 2 juta jiwa saja dan dana APBD pertahunnya bernilai trilyunan
rupiah!! Melebihi kebanyakan propinsi-propinsi lain di Indonesia. Lalu,
kemana uang segitu banyaknya pergi? Banyak yang menduga banya
pejabat-pejabat di wilayah Papua sendiri yang “mengambilnya”.
Ini terbukti dari minimnya sarana dan
prasarana yang nyata untuk rakyat Papua disana, seperti puskesmas, stok
sembako, dan sejenisnya yang tetap langka. juga minimnya jembatan
penghubung, pengaspalan jalan dan masih banyak lainnya.
Isu-isu HAM dan Demokrasilah yang sedang
dikembangkan oleh Amerika Serikat agar Papua bisa lepas dari NKRI,
dengan isu ini diharpakan akan terjadi referendum bagi tanah Papua.
Yang selanjutnya, akan mengantarkan Papua
ke arah pemisahan diri dari NKRI dan akan diperas habis-habisan oleh
para negara dan kaum elite dunia, raja-raja eropa, pengusah multibillon
dunia, para kartel minyak, kartel kayu, kartel mineral dan semua yang
haus darah, haus minyak dan haus harta, kelompok elite dunia, the
Bilderberg.
Warga papua yang selama ini dihasut
dengan penyebaran para agen yang kadang menunggangi dan berkedok agama
dengan menyamar sebagai misionaris, secara perlahan-lahan tapi pasti
akan menjalani politik benci kepada negaranya sendiri! yaitu Indonesia.
Rakyat disana harusnya jauh lebih bangga
menjadi warga negara Indonesia, mereka mempunyai hak tak hanya di pulau
Papua, tapi juga mempunyai HAK YANG SAMA dari kota Sabang, Aceh hingga
Merauke. Begitu luasnya tanah warga dan rakyat Papua dibandingkan hanya
pulau itu sendiri.
Namun di era Suharto, tanah papua mulai
dieksploitasi secara besar-besaran. Ini berawal dari ditemukannya emas,
tembaga dan lainnya.
Ahli geologi AS dan sekutunya pun datang, mereka telah merahasiakan adanya emas di Papua.
Para peneliti barat dalam laporannya
hanya menemukan tembaga. Padahal tembaga adalah salah satu jenis “emas
mentah” yang jika dicari lebih dalam akan ada emas yang sebenarnya.
Oleh karenanya, salah satu kota tempat diadakan penelitian tersebut bernama Tembagapura yang artinya Kota Tembaga.
Penipuan negara-negara asing ini tak
tercium pula oleh rezim Suharto yang tak pernah mau mengecek ke lapangan
dengan para ahli-ahli geologi dan para ahli sains Indonesia.
Akibatnya, maka pihak Indonesia benar-benar mengalami kerugian yang sangat banyak dari hasil tambang tersebut.
Dari pembagian hasil tambang itu, pihak
Indonesia diberi tak lebih dari 1% saja. Namun saat Suharto lengser,
pihak Indonesia akhirnya protes, dan pembagian hasil tambang dinaikkan
dan itupun tak lebih dari 10%.
Sebenarnya dapat saja perjanjian tentang
penemuan tembaga itu direvisi, karena adanya pembohongan dan penipuan
dari hasil yang sekarang diperolah, emas! Belum lagi dampak lingkungan
yang telah dihasilkan oleh tambang-tambang tersebut yang sangat
berbahaya untuk lingkungan di pulau Papua.
Tambang itu dikuasai oleh perusahaan Freeport Amerika, bernama Tambang Grasberg atau Grasberg Mine adalah tambang emas terbesar di dunia dan tambang tembaga ketiga terbesar di dunia.
Tambang ini terletak di provinsi Papua di Indonesia dekat latitude -4,053 dan longitude 137,116, (satelitte view)
dan dimiliki oleh Freeport yang berbasis di AS (67.3%), Rio Tinto Group
(13%), Pemerintah Indonesia hanya (9.3%) dan PT Indocopper Investama
Corporation (9%).
Operator tambang ini adalah PT Freeport Indonesia (anak perusahaan dari Freeport McMoran Copper and Gold). Biaya membangun tambang di atas pegunungan Jayawijaya ini sebesar 3 miliar dolar AS.
Pada 2004, tambang ini diperkirakan
memiliki cadangan 46 juta ons emas. Pada 2006 produksinya adalah 610.800
ton tembaga; 58.474.392 gram emas; dan 174.458.971 gram perak.
Namun ternyata keuntungan sebesar itupun
masih kurang untuk manusia-manusia berhati busuk, merekapun masih
menginginkan semuanya, pulau Papua.
Melalui rakyat Papua sendiri sebagai
bumpernya, AS dan Inggris serta sekutunya mulai mencuci otak dan membuat
separatis-separatis di tanah Papua.
Ini adalah salah satu modus yang paling
dikenal oleh musuh-musuh AS di dunia, karena AS selalu membuat sel
teroris disuatu wilayah sebelum diperebutkannya. Sel teroris ciptaan AS
ini sebagai ujung tombak perjuangan AS sendiri. Mereka menjalankan teror
dimana-mana, agar terjadi ketidak-amanan rakyat di daerah itu.
Sebagai contoh Osama bin Laden yang
menjadi sel teroris ciptaan AS dalam menjalankan operasi “False Flag” di
tanah Irak dan Afghanistan. Juga Dr. Azhari yang menjadi sel teroris di
Indonesia hasil ciptaan AS melalui Malaysia. Semua rencana telah
diatur. Dan rakyatnyalah yang akan diadu domba.
Dan “istilah” yang dipakai oleh
media-media barat yang hampir semua adalah antek-anteknya menyebar
istilah yang beragam sesuai pihak mana yang pro atau yang kontra
terhadap mereka. Mereka mengistilahkan separatis, terroris, perjuang,
pemberontak dan lain-lain.
Karena itu saya himbau kepada warga indonesia, lupakanlah masalah perbedaan suku, agama, ras.. mari kita bersatu.
Waspadai bersama gerakan ormas yang menjurus pada anarkis. waspadai ormas yang berdalih ingin memperjuangkan Papua.
Berhati-hatilah karena intelejen asing
sudah ada di sekitar kita. Mari kita sama-sama jaga kedaulatan RI supaya
tidak sampai terpecah belah. Ini bukan negeri dongeng dan berita ini
bukan sekedar omong kosong.
Waspadalah dengan gerakan-gerakan dari
luar sana yang menginginkan Papua lepas dari NKRI dan mencanangkan
gerakan New World Order diseluruh penjuru bumi. (beritahebohterkiniblogspot/icc.wp.com/berbagai sumber)
LIHAT VIDEO: Pemerintah AS
mengorbankan rakyatnya supaya berperang untuk kepentingan elite dan
kartel-kartel minyak agar dapat menguasai minyak dunia di negara yang
di invasi youtu.be/Ydy13L3PxC8
Mereka
merampok negara-negara dengan cara membuat skenario teroris, salah
satunya melalui operasi ‘false flag”. Lalu mereka akan menurunkan
kekuatan militer melalui prajurit-prajurit mereka yang tak bersalah.
Ribuan tewas dari kedua belah pihak.
Setelah
semuanya dapat dikuasai oleh kaum elit dunia di negara hasil invasinya,
akhirnya mereka dapat mengontrol atau mengambil alih politik, keuangan,
kekuatan dan kekuasaan negara tersebut untuk menguras semua kekayaan
alamnya, membuat basis militer, menjalankan operasi mata-mata, mengadu
domba rakyatnya dan sejenisnya agar pemerintahan negara itu tumbang dan
mengambil alih semuanya, untuk menuju “Dunia Dalam Satu Komando”, the New World Order.
They said Osama Bin Laden was killed. War is over. So why are they still in Afghanistan? what they have always protected? THE BIGGEST HEROIN CROPS IN THE WORLD FOR ALL TIME! DRUG CARTEL!
http://www.dailymail.co.uk/news/article-469983/Britain-protecting-biggest-heroin-crop-time.html
http://www.dailymail.co.uk/news/article-469983/Britain-protecting-biggest-heroin-crop-time.html
They said Osama Bin Laden was killed. War is over. So why are they still there? what they have always protected? The $1trillion jackpot: U.S. discovers vast natural deposits of gold, iron, copper and lithium!
http://www.dailymail.co.uk/news/article-1286464/US-discovers-natural-desposits-gold-iron-copper-lithium-Afghanistan.html
*
No comments:
Post a Comment